Emma Poeradiredja, Tokoh Sumpah Pemuda Penyaksi Tiga Zaman

Emma Poeradiredja diantara keluarga besarnya di Bandung. P erempuan adalah darah dan nyawa sebuah peradaban bukanlah hal yang berlebihan. Adalah Emma Poeradiredja sosok wanoja asal Tanah Pasundan yang turut menjadi pelaku dan saksi berdirinya republik Indonesia dalam tiga babakan zaman ; revolusi, rezim Sukarno, hingga Suharto. Lahir dan besar dalam keluarga priyayi tidak serta merta menjadikannya sosok manja dan menerima segala keistimewaan kelas menengah feodal di zamannya. Sebagai salah editor Balai Pustaka dan Redaktur Kepala untuk bahasa Sunda pada Pustaka Rakyat, sang ayah Raden Kardata Poeradiredja dengan istri  Nyi Raden Siti Djariah  membesarkan Emma beserta saudaranya dalam lingkungan yang memprioritaskan pendidikan. Tak heran saudara Emma seperti Haley Koesna Poerairedja menyabet Community Leader dari The Ramon Magsaysay Award tahun 1962. Adil Poeradiredja saudara lainnya menjadi politikus dan Perdana Menteri Negara Pasundan pro-republiken. Sedari remaja Emma sudah akt

Towards civilized age



The world knows if interfering with gassing and bombings aren't the solutions in the midst conflict area as such in Syria today. I'm on the line with things that Iara Lee: Activist & Filmmaker & Cultures of Resistance suggests, "In the end, accidental diplomacy is better than no diplomacy at all. So we must continue to put pressure on our elected officials to move in this direction and to use negotiations over chemical weapons as an opportunity to bring all the major stakeholders into further diplomacy that could end the civil war in Syria." Everyone needs a peaceful world as well as Syrian today rightly deserve. End the violence! 

PS: 
For those whose has a keen interest in hosting a film screening and discussion of "The Suffering Grasses" work of Iara Lee & Cultures of Resistance, kindly send your emails through bandung[at] openshow.org, or text us at +628122480773 and +628112260301. Regards.

Komentar